Awalnya dari sebuah buku terbitan German tahun 1952 , setebal 1 cm dengan 33 halaman yang berjudul "schwerter und dolche indonesiens" yang kalau diterjemahkan kira-kira " Pedang dan Pisau dari Indonesia" Buku yang penuh dengan Gambar berbagai senjata tradisional Indonesia yang di koleksi oleh pengarang buku ini W.u.B. Forman.Koleksi Pak Forman ini luar biasa, baik keris , Mandau, Tumbuk Lada, Golok semuanya berniali seni tinggi. Original dan utuh. Dapat dimengerti di-kurun waktu tahun50-an , masyarakat kita belum menaruh perhatian mengenai nilai seni budaya senjata tradional yang kita miliki.
Salah satu Koleksi yang di perlihatkan di-bukunya adalah sebuah Badik, terbungkus sarung perak dengan ukiran khas Bugis yang diperkirakannya diproduksi pada zaman VOC abad 17-hingga akhir abad 19. Biasa diselip kan di pinggang para bangsawan Bugis pada saat itu.
Sudah lama menunggu ,sekali waktu seorang teman menawarkan saya sarung perak jenis yang sama, walaupun tidak secantik yang ada seperti terdapat pada buku diatas, tapi sejak awal saya betul-betul tertarik untuk memilikinya, cuma waktu itu saya pikir harganya terlalu tinggi untuk sebuah sarung tanpa bilah.
Tapi saya sedikit penasaran , setelah mendengarkan pendapat beberapa teman lain ,termasuk salah satu "sohib" di-Banjarmasin :-) ... bahwa memang harga relative karena sudah agak jarang. Khawatir keburu hilang maka pagi-pagi sekali kesesokan harinya saya mencoba menghubungi kembali pemilik Sarung tersebut. Pendek kata esok harinya Warangka VOC sudah berada ditangan saya..alhamdulillah..
Cukup lama mencari bilah yang "sesuai' dengan Sarung ini, ada tiga bilah yang saya beli , sampai akhirnya yang terpasang inilah yang "cocok". Tidak seperti Pusaka yang lain , pada waktu pemasangan bilah Badik ini, saya tunggui sampai selesai...khawatir salah atau rusak...hehe...he..
Salah satu Koleksi yang di perlihatkan di-bukunya adalah sebuah Badik, terbungkus sarung perak dengan ukiran khas Bugis yang diperkirakannya diproduksi pada zaman VOC abad 17-hingga akhir abad 19. Biasa diselip kan di pinggang para bangsawan Bugis pada saat itu.
Sudah lama menunggu ,sekali waktu seorang teman menawarkan saya sarung perak jenis yang sama, walaupun tidak secantik yang ada seperti terdapat pada buku diatas, tapi sejak awal saya betul-betul tertarik untuk memilikinya, cuma waktu itu saya pikir harganya terlalu tinggi untuk sebuah sarung tanpa bilah.
Tapi saya sedikit penasaran , setelah mendengarkan pendapat beberapa teman lain ,termasuk salah satu "sohib" di-Banjarmasin :-) ... bahwa memang harga relative karena sudah agak jarang. Khawatir keburu hilang maka pagi-pagi sekali kesesokan harinya saya mencoba menghubungi kembali pemilik Sarung tersebut. Pendek kata esok harinya Warangka VOC sudah berada ditangan saya..alhamdulillah..
Cukup lama mencari bilah yang "sesuai' dengan Sarung ini, ada tiga bilah yang saya beli , sampai akhirnya yang terpasang inilah yang "cocok". Tidak seperti Pusaka yang lain , pada waktu pemasangan bilah Badik ini, saya tunggui sampai selesai...khawatir salah atau rusak...hehe...he..
- SOLD -
mantap! pasangan warangka & bilahnya, bilah retak... yg konon guna-nya dpake ngintip macem fungsi binoculer. Btw, pmilik barunya alih ke sapa ni?
BalasHapusTrimakasih mas , Apa kabar..Iya makin sulit dapetnya sekarang, Yang ini pindah ke tangan penikmat Tossan Aji Jakarta, mas Taufan..
BalasHapus